Fai GTR

Jumat, 06 Desember 2013

Hiduplah Tanpa Keapatisan



Kehidupan yang indah ada karena rasa syukur kita. Gimana kita menjalani hidup ini, memaknai hidup ini, dan memandang hidup ini. Kita memang sangat mungkin bisa menjadi apa yang kita inginkan, tapi untuk menjadi bagian dari hidup orang lain tanpa keapatisan itu sangat perlu. Berbagi kebahagiaan dengan orang lain, berbagi ilmu dengan orang lain, bercerita, tertawa, bahkan bersedih. Pada prinsipnya, kebahagian kita akan bertambah saat orang di sekitar kita juga merasa bahagia dekat dengan kita.
Terkadang waktu libur lebih bermakna dengan aktifitas yang bermanfaat. Meskipun tak dapat dipungkiri rasa capek setelah 5 hari bekerja sangatlah terasa dan terkadang meluluhkan hati kita untuk tetap stay di atas kasur. Hehe..

Terkadang kita mencoba untuk keluar dari rutinitas dengan berkumpul dengan banyak orang, hanya sekedar untuk bercerita atau berbagi. Yah, terkadang berbagi tidak harus dengan uang tapi bisa juga dengan ilmu serta pemikiran. Mencoba berbagi ilmu dengan adik-adik sekolah dasar terkadang juga menyenangkan. Tingkah laku dan polah mereka membawaku seolah-olah kembali ke jaman itu, jaman masih sekolah dasar dulu. 
Pertemuan pertama


Keceriaan untuk masa depan

Rabu, 28 Agustus 2013

"Memiliki kalian adalah....."

Memiliki kalian adalah bagian terindah dalam hidup ini. Setiap detik perjalanan, setiap tangis yang terurai, setiap tawa yang meledak, dan setiap senyum yang merekah dari bibir kalian adalah kenangan. Setiap kesalahan timbul dari keegoisan hati. Kami sadar akan itu. Dan kau selalu beri kami berjuta pemahaman bahwa hidup ini untukmu, berjuanglah untukmu karena kami tidak bisa meninggalkan apapun untukmu.
Kurindukan kebersamaan ini
Berjuta petuah darimu tersayat dan membekas di dalam kenangan kami. Kami yang telah engkau bina, engkau arah kan layaknya anak panah yang akan engkau arahkan tepat di sasarannya.

Jumat, 03 Mei 2013

The Journey Day (Menuju Puncak Mahameru)

Rabu, 29 Agustus 2012
Meskipun melewati terjalnya jalan dengan iringan jurang di kanan dan kiri, mobil jeep tetap gagah menapak menuju Ranu Pane. Saat itu kalo ga salah pukul 12.00 kita sudah sampai di Ranu Pane. Yah Ranu Pane, sebuah desa di kaki gunung Semeru yang merupakan pos awal berkumpulnya para pendaki sebelum pendakian dimulai maupun sesudah pulang dari mendaki. Di pos inilah para pendaki harus lapor dan minta ijin untuk mendaki gunung Semeru. Tak lupa fotokopi KTP dan surat keterangan sehat kami lampirkan untuk ijin ini. Memang tak semua dari kami mendatangi pos, hanya Mas Qaqa “Ipul” dan Mas Bash yang mengurusi perijinan karena merekalah yang paling berpengalaman untuk ini.
Di depan pos ijin Ranu Pane

Jumat, 26 April 2013

Preparation Day (Menuju puncak Mahameru)



Selasa, 28 Agustus 2012
Terlihat jam di tangan menunjukkan pukul 12.15 ketika kaki berpijak di pintu depan kontrakan. Lelah sudah menggelayut dipundak sama seperti motor yang membawaku dari Kediri hingga sampai di Surabaya. Hari ini, hari dimana aku bersiap menuju gunung tertinggi di pulau Jawa, Semeru. Setelah ku pastikan aku tidak datang untuk panggilan tes kerja di Jakarta yang notabene perusahaan BUMN yang gede (27 Agustus 2012) karena telah lama kurencanakan untuk hiking ke Semeru. Keinginan yang terpendam selama 7 tahun yang ingin segera diwujudkan sejak masuk di pecinta alam SMA (Wanagapa) meskipun belum kesampaian waktu itu karena orangtua yang tidak mendukung untuk ikut pecinta alam. Mungkin karena ketakutan orangtua yang sering melihat berita tentang pendaki yang mati atau hilang entah kemana saat mendaki gunung. Tapi saat ini ijin dari orangtuaku untuk mendaki begitu mudah didapat. Orangtuaku sudah yakin dan percaya bahwa aku bisa menjaga diri. Aku berfikir ini kesempatanku mendaki sebelum kerja.

Kontrakan Rumah Muslim ITS Surabaya
Pukul 15.00 temanku (Ilham Arwani) bertanya, “Koen wes persiapan tha? Mari iki awak e dewe budal.” (Kamu sudah persiapan? Habis ini kita berangkat). Aku terbengong dan mulai bingung kenapa hari ini? Bukannya kita berangkat ke Semeru besok mas bro? “Besok itu kita ke pos pendakiannya, sekarang kita berangkat ke Malang dulu dan nginep dulu di tempat e temenku sekalian nge-cek perlengkapan kita.” Ow begitu tha, ok lah, kataku. Akhirnya setelah berkemas, kami berangkat menuju Malang jam 19.00 bersama teman yang sudah menunggu lama dengan wajah yang lesu karena kelamaan nunggu (Mas Bashori, Mas Qaqa "Ipul", Erlan).  


Sepenggal.............

  "Bagai serpih-serpih pasir dipantai tersapu gelombang pasang" (Padi)

Hidup ini adalah serpihan-serpihan kisah yang terangkai. Terangkai indah dan sempurna, meski tak sesempurna yang diinginkan. Tapi menyelami apa yang terjadi membawa hidup lebih bermakna. Makna yang dicari dari sebuah hidup yang singkat.

"Sahabat dengarkanlah repihan isi hatiku, aku ingin engkau tahu berartinya kau bagiku" (Padi)

Hidup bermakna dengan kau disini. Menemani setiap langkah jejak menapaki kehidupan. Apa yang kita cari dari sebuah kebersamaan, kebersamaan ini kawan. Saat kau butuh tubuh untuk memapah setiap perjalanan, begitu juga aku. Demi sebuah tujuan yang kita janjikan. Percayalah bahwa apa yang kita pilih, lakukan, jalani adalah yang terbaik yang akan membawa perubahan pada hidup kita.