Meskipun melewati terjalnya jalan dengan iringan jurang di
kanan dan kiri, mobil jeep tetap gagah menapak menuju Ranu Pane. Saat itu kalo
ga salah pukul 12.00 kita sudah sampai di Ranu Pane. Yah Ranu Pane, sebuah desa
di kaki gunung Semeru yang merupakan pos awal berkumpulnya para pendaki sebelum
pendakian dimulai maupun sesudah pulang dari mendaki. Di pos inilah para
pendaki harus lapor dan minta ijin untuk mendaki gunung Semeru. Tak lupa
fotokopi KTP dan surat keterangan sehat kami lampirkan untuk ijin ini. Memang
tak semua dari kami mendatangi pos, hanya Mas Qaqa “Ipul” dan Mas Bash yang
mengurusi perijinan karena merekalah yang paling berpengalaman untuk ini.
Di depan pos ijin Ranu Pane |
Pukul 13.00 kami bersiap untuk berjalan menapaki jalan setapak menyusuri hutan di gunung Semeru setelah kami sempatkan untuk sholat dhuhur dengan dinginnya air Ranu Pane. Tak lupa kami panjatkan doa agar perjalanan kami ini aman dan menyenangkan. Saat itu kabut cukup tebal menemani awal perjalanan kami dengan sedikit gerimis yang jatuh. Suasana ini membuat perjalanan menyenangkan dan seru karena suasana pegunungan sudah begitu terasa. Kami sempatkan berfoto di depan pintu masuk pendakian gunung Semeru didepan gapura TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru). Mas Qaqa “Ipul” bertindak sebagai komandan kami didepan dan Mas Bash sebagai sweeper dibelakang dari rombongan kami. Ini antisipasi kami agar tidak ada yang tersesat mengingat Mas Qaqa “Ipul” dan Mas Bash pernah beberapa kali mendaki Semeru.
Gapura Pendakian Semeru |
Perjalanan yang panjang kami lalui dengan bercerita dan
bernyanyi Mahameru-nya Dewa19. Lelah memang, tapi kelelahan ini tak begitu
terasa karena apabila ada yang lelah dari kami, kami akan berhenti sejenak untuk
meneguk beberapa teguk air yang kami bawa sembari melihat indahnya pemandangan
sekitar dengan kera dan burungnya. Sepanjang perjalanan kami saling sapa dengan
pendaki lain serasa kami sangat dekat satu dengan lainnya meskipun kami tidak
saling kenal. Pos 1 hingga pos 4 kami lalui dengan perjuangan yang cukup keras
dan melelahkan. Begitu juga persediaan air yang sudah sangat sedikit membuat
kami harus berhemat sebelum menemukan air yang cukup. Tak disangka ternyata
didepan mata terlihat telaga besar dengan air yang melimpah ruah. Yah itulah
Ranu Kumbolo. Telaga yang terlihat begitu indah dari pos 4 dan serasa kami
menemukan surga karena disitulah rasa haus kami akan hilang. Dari pos 4 juga
terlihat tenda-tenda bertebaran di pinggir Ranu Kumbolo yang tak lain adalah
tenda para pendaki lain. Ranu Kumbolo memang tempat yang tepat untuk bermalam
karena disitulah kita dapat merasakan kesunyian malam dengan bintang-bintangnya
dan melihat keindahan sunrise diantara dua bukit yang elok.
Sejenak melepas lelah |
Pukul 18.30 beberapa dari kami (aku, Rila, Dhani) baru sampai
di Ranu Kumbolo. Dua orang dari rombongan kami (Zaki & Dinda “Gembuk”)
telah sampai dulu dan mendirikan tenda karena memang hari sudah gelap. Kami
rebus mie dan sedikit air untuk mengganjal perut sembari menghangatkan badan.
Dinginnya udara sekitar memang begitu terasa dibanding saat perjalanan dari pos
1 ke Ranu Kumbolo karena tubuh memang tak begitu banyak gerak. Sejam kemudian
semua rombongan kami telah berkumpul dan telah terbagi dalam 4 tenda (2 tenda
cewek dan 2 tenda cowok). Tenda yang saling berhadapan dengan api unggun di
tengah membuat suasana begitu akrab. Terlihat beberapa cewek memasak mie dan
merebus air untuk membuat kopi dengan kompor. Malam pertama kami di Ranu
Kumbolo begitu indah dan akrab ditemani indahnya bintang yang bertabur diatas
langit sana. Kami habiskan malam yang akrab itu hingga waktu yang cukup malam
hingga akhirnya kami tertidur pulas dengan segala keletihan dan kelelahan
seharian membawa tas carrier yang cukup berat.
Kamis, 30
Agustus 2012
Selamat datang pagi yang indah. Kabut diatas Ranu Kumbolo
menyambut pagi kami sebagai pertanda dinginnya air didalamnya. Dingin begitu
terasa dari tadi malam hingga pagi ini. Kulihat disekeliling tenda kami air
embun telah berubah menjadi bunga es diatas rumput dan alat masak kami. Kami
baru sadar ternyata tadi malam suhu mencapai 7OC. Dinginnya air Ranu
Kumbolo menjadi pembasuh muka pertama dipagi ini untuk sholat Subuh. Dan pagi
ini kami bersama-sama memasak untuk sarapan kami. Semua makanan terlihat enak
dan menggairahkan kala berada di gunung seperti ini.
Sunrise di Ranu Kumbolo |
The Team dengan backgound Tanjakan Cinta |
Membelah lavender Oro-Oro Ombo |
Pukul 10.00 kami telah berkemas dan melanjutkan pendakian.
Didepan terlihat jelas Tanjakan Cinta yang begitu curam dan menantang. Disambut
Oro-Oro Ombo setelahnya. Oro-oro Ombo akan terlihat begitu indah saat tanaman
lavender menampakkan bunganya. Sayang saat itu tanaman itu sedang
kering-keringnya. Jalanan setapak berpasir membelah tanaman lavender kami lalui
untuk mencapai Cemoro Kandang. Terlihat dari namanya Cemoro Kandang adalah
hutan yang sebagian besar terdiri dari pohon cemara. Di Cemoro Kandang banyak
kami temui murbei hutan tumbuh liar dan menjadi cemilan bagi kami sepanjang
perjalanan. Manis dan sedikit asam tapi segar yang kami rasakan pada murbei
hutan ini.
Mahameru dari Kalimati |
Ternyata waktu sudah menunjukkan jam 15.00 ketika kami
menginjakkan kaki di pos Kalimati. Pos ini memang pos terakhir yang diijinkan
oleh pihak TNBTS. Di pos inilah sebagian besar pendaki mendirikan tenda sebelum
paginya mereka akan melakukan summit menuju Mahameru. Tapi bagi kami, Arcopodo
merupakan tempat yang tepat untuk bermalam sebelum summit dini harinya.
Arcopodo terletak di atas Kalimati dan merupakan tempat bermalam terdekat
sebelum summit ke Mahameru. Pukul 19.00 kami telah sampai di Arcopodo dengan
tenda yang telah berdiri. Kami memasak bersama dan menikmati makan malam dan
segera bergegas tidur karena dini hari nanti kami akan summit menuju puncak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar